Sunday, January 1, 2017

Happy 2017!

Aku seneng banget nih menyambut tahun baru 2017, somehow. Semacam...ready to face 2017 karena aku udah dikit-dikit menemukan jati diriku di tahun sebelumnya. Terus sekarang aku penasaran, bakalan jadi apa tahun 2017 ku ini?

Tahun 2016 emang kerasa cepet banget berlalu, tapi setelah flashback, aku banyak banget melakukan hal baru dan extraordinary di tahun itu. Banyak hal yang berkesan dan aku baru sadar, "ternyata itu baru 2016 ya, ku pikir udah long time ago"

Hal-hal tersebut yaitu:

1. Pergi ke Semarang

Ini bener-bener modal nekat banget. Aku kan cewek sendiri di keluarga, dan keluarga besarku pun krisis manusia berjenis kelamin perempuan, jadi bener-bener hidupku semacam di kerangkeng karena kemana-mana nggak boleh, padahal jiwa explore ku ini membludak huhu

Waktu itu aku ketemuan sama strangers, namanya Bang El, dia orang batak yang kebetulan kuliah di Semarang. Somehow, dulu aku suka banget sama Semarang. Entah apa yang bikin aku tertarik banget ke sana. Dan ketemu orang yang berdomisili Semarang itu bikin aku tambah seneng. 

Nekat banget, pergi sama stranger itu ke Semarang. Aku waktu itu perginya sama Pengky. Sebenernya I had make plans, kayak places to go, tapi gagal karena hujan dan...yah, partner aku main nih gak ada jiwa explore nya sama sekali :(

Masa iya aku ke Semarang tuh makan siangnya di KFC, makan malam di SS, dan besok pagi sarapan nasi goreng. Bener-bener apa banget gak sih? Padahal kan rencananya tuh pengen nyobain makanan-makanan khas Semarang, minimal lumpia kek. But it was...yah gitu deh.

Aku gak ada ijin kalau di Semarang sampek nginep, aku juga nggak pernah bilang sama orang tua ku kalo ke Semarangnya sama stranger. Aku cuman ijin pergi sama Pengky, dan pas nggak pulang ke rumah, aku ditelpon dan...ortuku mengatakan kecewa-kecewa gitu sama aku. Sedih kan ya :(

Tapi, maaf banget nih ya, aku gak pernah sekalipun menyesali pergiku ke Semarang ini. Selain karena aku nggak keluar duit sama sekali, aku juga bisa dapet pengalaman. Dan pergi ke Semarang ku ini jadi trigger untuk explore many places, dan ortuku jadi lebih longgar dalam hal ijin bepergian. Yay!


2. Menentukan nasib di Kognisia

Well, Kognisia merupakan sebuah lembaga khusus di kampus. Dulu aku kan waktu semester satu karena jiwa explore nya banget-bangetan, mengikuti banyak organisasi di kampus. Nah, semester dua nya kan mendadak kelelahan karena tiba-tiba frustrasi kecil-kecilan dan memutuskan untuk melepas semua organisasi dan memulai mencoba sesuatu yang seneng-seneng aja, kayak teater, tari tradisional, atau apa kek.

Waktu ada wawancara staff pun aku males-malesan banget. Ditanyain sama semua pengurus, jawabanku gak niat. Rasanya mau lenyap aja, deh. 

Tapi, ada Mas Mirza yang langsung memberikan petuah-petuah bak ustadz. Dia memberikan pencerahan yang intinya "ayolah coba masuk kognisia". Dan aku pun mikir, gak ada salahnya juga kan? Toh Kognisia juga bukan lembaga yang merepotkan atau mengikat. Akhirnya aku daftar.

Aku seneng banget ketika bisa masuk PO, Pengembangan Organisasi. Semacam HRD gitu. Di situ aku juga ketemu sama temen-temen angkatan 2015 yang menyenangkan, dan so lovely. Aku seneng berada di ranah Kognisia.

Well, akhir-akhir ini aku agak gone dari Kognisia, gatau juga kenapa. Mungkin karena aku kembali menutup diri. But I promise, I will make up di tahun 2017 ini. Hubunganku harus baik di Kognisia dengan Kogniers. Luvitttt


3. Komunitas Kelas Menulis Cerpen

Nah! Ini juga favorit aku di 2016!

Aku bisa kenal sama Mas Sulkhan, Bang Yasir, dan lebih dekat dengan Mbak Lila. Aku kayak punya keluarga di sini, punya tempat untuk mengutarakan pikiran, bisa lebih terbuka dengan keadaan sekitar, dan masih banyak lagi!

Hal yang seneng di sini, tulisanku bisa lebih dihargai. Aku gak akan takut untuk dihina sampah lagi sama orang lain, dan aku juga tahu bahwa kritikan mereka itu semata-mata untuk mengembangkan bakat yang aku punya, bukan menjatuhkan.

Semoga tetep barengan terus deh, kalau bisa membernya makin menjalar! Harus bikin output juga! Bismillah jadi sesuatu ya di tahun 2017 ini! Aamiin!


4. Pergi ke Bandung

Awalnya aku nggak yakin bakalan diijinin, makanya aku bikin semacam strategi untuk perijinan. Strategi tersebut: beli tiket sebelum ijin. Ntar pas ijin pun kalau nggak dibolehin ya gimana lagi udah beli tiket, trus akhirnya diijinin juga deh!

Aku pertama kalinya naik kereta, tau proses administrasinya dan banyak lagi. Di Bandung aku pergi sama Patrya, nginep di rumah om sama tantenya Patrya gitu.

Di sana aku menuju ke banyak tempat di Bandung. Karena aku maunya wisata alam terus, jadilah kita pergi ke tempat-tempat yang jauh. Perjalanan aja 2 jam, waktu kita habis hanya untuk PP. Tapi, aku tetep seneng kok di sana!

Kangen Bandung! Bandung ena!

5. Pergi ke 3 negara

Aku gak pernah membayangkan ini bakalan terjadi di hidupku. I mean, aku belum pernah sekalipun ke luar negeri. Dan...pengalaman yang aku alami ini...bikin speechless deh.

Bulan Oktober, aku berkesempatan untuk terbang ke tiga negara sekaligus, di antaranya ke Singapura, Malaysia, dan Thailand. Untuk Singapura dan Malaysia, aku cuman jalan-jalan aja sama temen-temennya kakakku, ceritanya jadi buntut mereka.

Dan, bayangkan! Kami mengelilingi 2 negara tersebut dengan jalan kaki sejauh 60kiloan! Udah kayak Jogja-Solo kali ya! Tapi aku emang suka jalan-jalan yang kayak gitu. Bener-bener explore, dan kayaknya nggak ada tempat di Singapura yang belum kita kunjungi haha. Explore Singapura dalam dua hari, bener-bener parah deh.

Negara yang ketiga terjadi karena ulah isengku daftar sebuah event. ASEAN Youth Culture Exposure 2016 nama acaranya. Iseng, aku daftar. Eh lolos! Terus di situ aku ketemu sama temen-temen yang lovely kayak Mbak Ima, Mbak Lidya, Mbak Putri, Mas Wisnu, dan Akbar! 

Such a lovely moments evaaaa


6. Ngerasain jatuh cinta dan patah hati

Ini nih ya yang paling berkesan.

Aku...gak tahu harus deskripsiinnya gimana.

Bulan Februari aku ketemu cowok namanya Oyip, dia baik banget. Giat banget ngejar cintaku, padahal aku orangnya suka mainin perasaan orang. Dia bener-bener....hebat. Selama 5 bulan dia ngejar-ngejar aku, dan di antara 5 bulan itu aku nggak sadar kalau aku telah membiarkan dia masuk ke dalam hati.

Bulan Agustus, I made mistake yang membuat hubungan kami berubah, sampek sekarang ini. Awalnya aku berusaha untuk memperbaiki hubungan, aku berusaha membuat hubungan kami kayak sedia kala, aku mau dia yang selalu ngejar aku.

Tapi ternyata pusat dunia bukanlah diriku. Aku gak bisa memaksa orang untuk terus memandangku.

Di sini aku ngerasain jatuh yang luar biasa terpuruk, kayak nangis setiap malam aku jabanin, setiap hal yang aku lihat dan aku lakukan selalu ngingetin aku sama sosok Oyip. Aku ngerasa kehilangan.

Suatu hari aku memberanikan diri untuk tanya kejelasan hubungan kami, dan Oyip mau kita terus bersama. Itu buat aku semakin bingung karena kita bersama tapi nggak saling menyapa. Bener-bener bingung.

Tapi, pada akhirnya aku pun sadar. Nggak semua orang bisa menghandle cinta yang aku berikan ke mereka. Pada akhirnya aku kembali menarik perasaan ini untuk diriku sendiri, dan memperlakukan orang sebagaimana mestinya. Mencintai dengan takaran yang sewajarnya. Mencintai seperti bersiap akan adanya perpisahan.

Di sini kami memang masih berhubungan, namun jika tidak saling berhubungan. Tapi aku tidak lagi ambil pusing dengan keberadaannya. Ada atau tidak adanya dia, aku toh tetap hidup. Jika dia hanya datang ketika butuh, aku pun juga bisa melakukan hal serupa. Lalu untuk apa terus memelihara sendu?

7. Mencurahkan isi hati

Pertama kali seumur hidup aku merasakan yang namanya "curhat". Aku merupakan tipe orang yang yakin bahwa setiap masalah pasti bisa aku selesaikan sendiri, tanpa bantuan orang lain. Curhat akan membuat kita jadi lemah dan ketergantungan. Aku nggak mau itu terjadi.

Namun, ada saat dimana aku nggak bisa menghandlenya sendirian. Aku butuh orang untuk mendengarkan, untuk memahami, untuk berbagi. Aku nggak butuh nasihat, nggak butuh teguran, gak butuh penilaian, aku hanya butuh didengarkan dan dipahami.

Seumur hidupku, orang yang bisa aku percaya cuman satu orang. Allen.

Aku percaya sama dia bahkan melebihi rasa percayaku sama keluargaku sendiri. Aku mempercayakan seluruh kisah hidupku, duka laraku, sedu sedanku, sama dia doang. Dan aku bener-bener niat banget ke Jakarta by myself, demi ketemu sama dia. Demi curhat sama dia.

Ternyata curhat itu....melegakan. Tapi memang nggak semua hal harus dicurhatin. Dan aku rasa cukup aku curhat segitu aja sama orang lain. Seenggaknya aku bisa tahu siapa orang yang bisa aku jadiin sandaran hidup, ketika nggak ada lagi orang yang mau memandang ke arahku.


---


Itulah cuplikan kisahku di 2016. Pastinya dalam versi minimalis karena masih banget pengalaman yang mengasyikkan dan mengharukan! Tapi aku udah pegelinu nih ngetik kayak gini, haha.

Well. Aku pernah baca Perahu Kertas, kalau Kugy suka menuliskan resolusi-resolusi tahun baru di sebuah kertas, terus di taruh di bawah tumpukan baju di lemari, kemudian setelah akhir tahun kertas itu diambil dan dibaca kembali. Kemudian, mulai untuk mencoret hal-hal yang sudah terlaksana di tahun tersebut.

Di tahun ini, aku juga berencana untuk membuat hal semacam itu. Sama persis. Sejumlah 50 resolusi aku tuliskan, dan aku taruh di bawah tumpukan baju di lemari. Aku nggak sabar untuk melangkah di tahun 2017. Dan aku merasa bahwa akan ada perubahan besar dalam hidupku di tahun 2017 ini.

Yay!


No comments:

Post a Comment